Mah,
aku cuma ingin pulang,
dan menyantap masakan yang
sudah matang di meja makan
tak ada binatang jalang,
sentakan, atau kehadiran manusia garang
di ruang makan.
Aku cuma ingin pulang,
bermain dengan adik tersayang
Mah,
aku cuma ingin pulang,
dan menyantap masakan yang
sudah matang di meja makan
tak ada binatang jalang,
sentakan, atau kehadiran manusia garang
di ruang makan.
Aku cuma ingin pulang,
bermain dengan adik tersayang
kau masih bersembunyi di balik mata
genggaman, atau di balik sore di antara bangunan tujuh lantai
dan hari ini aku masih menyembunyikanmu,
dalam puisi-puisi malam yang meminta untuk disurat
hingga ku terlelap.
Hai, Kugy.
Aku rindu kamu, laut, Neptunus, atau suara ombak yang merdu. Kapan kita bertemu?
Sudah lama rasanya dan aku ingin jadi agen lagi. Seperti biasa, Neptunus sedang memainkan hati kami lagi. Dan rasanya siklus itu terus terjadi.
Aku tidak tahu, Gy. Apakah ini siklus yang sama, mirip, atau bahkan beda sama sekali. Yang aku tahu, aku ingin lari ke Timbuktu supaya semuanya jadi salju atau mungkin ke Pulau Seribu supaya jadi buih yang berdebur
Kugy,
Sebenarnya aku tahu, kau bukanlah Kugy. Kau hanyalah kreasi dari otak jenius Dewi Lestari dan menamakanmu ‘Kugy’. Tapi aku rindu! Aku rindu dengan kisahmu dan Keenan yang memiliki ratusan siklus yang manusiawi tapi ngilu di hati.
Lalu di mana aku sekarang? Pertanyaan itu menggedor-gedor kepala sampai pitak walau tak nampak.