“Terkadang, kita hanya perlu diam. Bahkan disaat kita di khianati, di benci, di kucilkan, di remehkan, di campakan, ataupun dihindari. Adakalanya kita hanya menikmati rasa sakit di dada, menangis dalam hening, membiarkan segalanya keluar lalu bangkit lagi. Bahkan tersenyum kepada orang-orang yang melakukan itu terhadap kita.
Terkadang, manusia itu sering berkamuflase. Tersenyum dalam kebencian, ataupun sebaliknya. Diam disaat ingin bicara, atau sebaliknya. Menyeramkan. Hal-hal yang bisa membuat manusia menjadi makhluk terdzalim di dunia.
Terkadang, kita hanya bisa menjadi manusia yang terus menerima. Selanjutnya, Tuhan selalu punya rencana dan balasan yang tepat. “
Monthly Archives: February 2014
Aku pikir kamu adalah kijang yang tenang, kini kau menjadi macan liar yang bisa berlari kemana-mana.
Mungkin selama ini aku salah. Dari awal aku salah.
Manusia selalu berada di persimpangan jalan, memutuskan kemana ia berjalan.
Sahabat dan Waktu #4
Karena pernah mengalami seperti ini juga 🙂
Embun dan Pagi
Pada akhirnya embun selalu jatuh ke bumi atau tidak. Embun tidak pernahberarti di pagi hari. Dikalahkan oleh sinar matahari yang sebentar lagi akanmembawanya ke angkasa. Embun selalu hadir, setia menunggu pagi datang untukkembali lagi hadir walaupun tak ada yang menyadari. Betapa eloknya ia. Karena embunhanyalah embun. Tidak berarti apa-apa.
Pagi.. apakah kau menyadari aku ada? Continue reading Embun dan Pagi
Bisakah Kita Berhenti?
Hitam dan putih
Masuk, Keluar
Kuat dan lemah
Datang, Pergi
Terang dan gelap
Mulai, berhenti
Bisakah kita berhenti?
Aku hanya kayu lentur yang ketika diterpa angin pun jatuh. Tapi suatu saat aku akan tumbuh.
Butuh proses yang lebih matang lagi untuk sekuat pohon jati yang sejati.
“Kamu itu sering kali melompat, Nak. Jangan sering melompat.”
-Ibu Selfa
Si Melankolis Menyeruak
Langit senja menghiasi jalanan kota yang bersiul riuh
Bola pijar di atas sana semakin gerilya menyombongkan sinarnya
Satu manusia tengah duduk di antara beberapa manusia lainnya dalam diam
Tapi hatinya sedang bergumul tidak jelas
Otaknya sedang berputar kesana kemari memikirkan satu hal yang selalu dipikirkannya setiap hari
Waktunya sebentar lagi..
Kelak, segalanya akan berbeda
Dan.. untuk kesekian kalinya ia menahan luncuran kristal panas jatuh melewati kelopak matanya
-pulang, 16:54, ketika keaadan mulai membaik-
Kenapa harus menunggu meledak?
Kenapa selalu ada yang terus mengalah?
Kenapa tabir itu masih ada?
Dan.. kenapa aku hanya bisa diam dan tak melakukan apa-apa?
Kenapa rasa empati di dada harus di tekan?
Kenapa.. kenapa selama ini rasanya, rasanya.. terbelakang