Monthly Archives: April 2012

In My Night

Moonlight..

Don’t tell anyone, that I admired him

Moonlight..

Don’t tell anyone, that I was missing him from here

From the distance

And for you, the nightingale

Never ask me to hear your voices, I beg

Cause his voice always humming in my ears

And for the sparkling stars

Tell me that I was wrong or not

Tell me what I must to do

Tell me, that is good way or either

And for the dark skies

Don’t bring me fly to you

Don’t bring me, if in the end you’ll just drop me to the earth again

cause it’ll be pain..

 

Because I know, he always be my friend

Always be there, to give a hug

Always be there, to entertain me when I was sad

And be there,  to show his innocent face

Just for me, only for me

–while  musing something, at Tuesday night–

Demi satu Generasi

untuk para pemuda (termasuk saya)

Hadi...

Pagi-pagi shubuh sudah mengantarkan sang adik ke sekolah, ceritanya mau UN alias ujian nasional. Konon katanya soalnya serem-serem, banyak yang sulit alias susah dikerjakan. Jangankan siswa, guru-guru pun takut jika siswanya banyak yang tidak lulus. Ya Ampun segitu seremnya kah? Fiyuh….

Saking seremnya, banyak yang rela merogoh kocek untuk membeli kunci jawaban yang belum tentu bener jawabannya. Cape deh, dah keluar duit belum tentu ada hasil… Minimal sudah ada perasaan tenang (katanya…). Untungnya sang adik sadar bahwa kunci jawaban bukan solusi, jadi aja nggak ikut-ikutan. hehe… (baca: siapa dulu kakaknya :p )

***

View original post 1,102 more words

London Bridge part 3

“Thal!” seseorang memanggilnya dari belakang.

Lalu Thal menoleh. Ternyata Aizawa Kozato, teman dekat lelakinya selama di Ring Queen High. Yang biasanya ia sebut Ai-san.

“Hey,” sapa Thal saat Ai-san sudah di hadapannya. Aizawa juga menjawab sapaannya.

“Kau bawa PR Geometri?” Tanya Ai-san.

            Thal menepuk dahinya. Ia baru ingat buku PR Geometri-nya tertinggal sewaktu ia diculik ke Stralight Start dua hari yang lalu.

“Maaf, buku PR-ku tertinggal di rumah teman.” Jawab Thal dengan mengucapkan “rumah teman”yang sebenarnya apartemen Cal.

            Wajah Ai mengekspresikan kekecewaan. Tapi setelah itu matanya berbinar-binar.

“Bisakah kau antar aku ke Video Jet?”

“Siang ini?” Tanya Thal sambil mengangkat alis.

            Ai mengangguk.

            Thal tersenyum masam. Mengingat siang nanti ia harus kembali lagi ke Starlight Start untuk mengambil tasnya.

“Aku benar-benar minta maaf, aku ada keperluan siang ini.” Gumam Thal kecewa.

            Ai mendesah keras.

“Aku tidak tahu kau sesibuk itu.” Kata Ai dengan raut wajah kecewa.

            Thal menggeleng.

“Hanya kebetulan saja, akhir-akhir ini aku memang banyak urusan.” Gumam Thal dengan menekankan nada bicaranya pada kata “urusan”.

£££

            Setelah Thal turun dari taksi, Thal segera masuk ke pelataran depan Starlight Start. Banyak orang penting yang berlalu lalang. Tak sedikit dari mereka yang melirik Thal. Yeah, memang sangat berbeda. Thal hanya memakai kaus starbuck dan rompi hitam, dengan skinny jeans. Sementara mereka, mengenakan yang..kau tahu, branded dan harga bagus itu.

            Thal masuk ke dalam gedung apartemen. Tetapi ia dicegat oleh security di sana. Kata security itu, Thal terlihat asing sehingga ia tidak boleh sembarangan masuk. Ia pun dibawa di meja resepsionis.

“Maaf, Nona.” Kata wanita di belakang meja itu.

“Apabila ingin bertemu seseorang di sini, Nona harus memiliki janji terlebih dahulu.” Lanjut wanita itu dengan gaya resmi dan berwibawa.

“Saya hanya ingin ke apartemen Calight, tas saya tertinggal kemarin lusa.” Jawab Thal dengan gaya yang sama juga.

            Wanita itu tertawa.

“Calight Harrington maksud anda?” tanyanya dengan nada meremehkan.

            Thal hanya bisa mengangguk.

“Dia adalah artis yang sibuk, kau tahu?” tanyanya lagi dengan gaya sombongnya yang setinggi langit.

“Saya tahu.” Jawab Thal dengan nada menantang.

“Dan saya pikir, beliau tidak mungkin mengenal anda yang…” Wanita itu mengatakannya sambil memandang Thal dari atas ke bawah.

“..yang biasa-biasa saja.” Lanjutnya dengan puas.

            Thal mengerutkan dahi, sambil mencuri pandangan ke name tag yang tertera di pakaian wanita itu. Heena Bregas. Thal pikir, itu bukan Heena, melainkan Heyna.

“Hubungi saja dia, dan katakan bahwa Thaliza Greilynn mencarinya.” Sahut Thal seraya bersedekap.

“Aku tahu, kau adalah penggemar fanatiknya yang sangat ingin bertemu dengan Calight.” Sahut Ms. Heyna itu.

            Thal mendengus. Yang benar saja?!

“Terserah apa yang anda katakan. Saya hanya ingin mengambil tas saya yang tertinggal.” Jawab Thal setenang mungkin.

            Saat wanita itu hendak membuka mulut, mulutnya terkatup lagi. Dan matanya beralih dari Thal ke belakang bahu Thal. Melihat itu, Thal segera menoleh untuk melihat apa yang ada di belakangnya.

“Cal?” kata Thal lebih pada diri sendiri.

“Hey, Liza.” Balas Cal sambil melambaikan tangan. Lalu melangkah mendekati Thal.

            Sejak kapan dia memanggilku Liza? Thal membatin.

“Aku baru saja mau pergi ke Ring Queen.” Lanjut Cal sambil memasukan kedua tangannya ke saku celana.

“Benarkah?”

“Ya, tas-mu tertinggal kan?” Tanya Cal memastikan. Lalu menyodorkan tas milik Thal yang tertinggal.

            Thal mengangguk. Mengambil tas itu. Lalu membalikan tubuhnya ke meja resepsionis.

“Terimakasih atas bantuannya Ms.Hey..−Ms. Heena maksudku, dan kau pasti sudah tahu bahwa saya adalah bukan fans fanatik yang anda maksud. Terimakasih.” Sahut Thal puas pada Ms.Heyna itu.

            Wanita itu hanya bisa menundukan kepalanya dan memandang kebawah. Dan menggumamkan kata maaf.

            Thal mengatakan pada Cal bahwa memang tasnya yang tertinggal. Lalu mereka menuju apartemen nomor 1010 yang ada di lantai tujuh belas itu.

“Aku tidak mengerti apa yang kau ucapkan tadi pada Ms. Heena.” Gumam Cal saat mereka sudah sampai di apartemennya.

Thal mengempaskan dirinya ke sofa. Sementara Cal mengambil dua kaleng soda di kulkasnya.

“Dia mengiraku fans fanatikmu.” Kata Thal, lalu mengembuskan napas.

            Cal yang sedang meminum soda tiba-tiba tersedak.

Really?! ” tanya Cal dengan raut wajah yang sangat kaget.

            Cal menyodorkan kaleng satunya lagi pada Thal, lalu Thal mengambilnya.

Yeah, aku juga tak habis pikir.” Sahut Thal lemah.

            Cal duduk di samping Thal.

“Aku hanya ingin mengambil tasku yang ketinggalan, itu saja. Aku juga tak ingin mengganggu kesibukanmu, tapi kenapa aku dituduh seperti itu? Bahkan aku tidak tahu dirimu sebenarnya.” Gerutu Thal panjang lebar.

            Cal hanya memandang Thal sambil tersenyum misterius.

“Kenapa kau memandangku seperti itu?” tanya Thal sebal.

            Cal tertawa ringan. Lalu mengusap-usap rambut Thal ringan.

“Kau lucu saat menggerutu tadi.”

            Thal mengangkat alis.

“Sepertinya penyakit gilamu kambuh.” Sahut Thal sambil memandang khawatir pada Cal.

“Aku memang gila.” Canda Cal sambil mengangkat bahu.

            Thal meneguk sodanya.

You are.” Katanya sambil tertawa ringan.

“Hei, aku sedang senggang. Mau menemani aku siang ini?” ajak Cal sambil berdiri.

            Thal melirik jam tangan digitalnya. 03.13 pm.

“Ke mana?” tanya Thal, lalu kembali meneguk sodanya.

“Kemana saja, keliling kota London.” Jawab Cal sambil melangkah ke jendela lalu menyibakan tirainya.

“Boleh saja, dengan satu syarat.” Gumam Thal sambil mengangkat jari telunjuknya.

            Cal segera menoleh pada Thal. Menggernyitkan dahi, dan berkata “Syarat?”.

£££

“Ya Tuhan..Apa aku harus berpakaian seperti ini?” tanya Cal sambil menggelengkan kepala, lalu masuk ke dalam mobil. Dan duduk di kursi kemudi.

            Thal tersenyum memandang penampilan yang ia “sihir” hari ini. Memakai kemeja bermotif kotak-kotak, celana kain yang longgar, dan sepatu yang bermodel pada abad dua puluhan. Seperti Peter Parker di film Spiderman. Lalu perhatiannya beralih  pada wajah Cal. Thal tak menyangka bahwa Cal memakai kacamata atas idenya. Kacamata yang sangat bulat dan besar, ditambah lagi warna lensanya yang agak buram. Semua itu menyihir Cal menjadi seorang Nerd, yang berlawanan dengan gaya cool-nya Calight Harrington.

“Hey, penyamaran ini cukup bagus daripada yang waku itu.” Gumam Thal setelah duduk di kursi penumpang.

            Cal memasang sabuk pengaman. Lalu menyalakan mesin. Ia hanya bisa menggeleng-geleng.

“Kemana?” tanya Cal sambil menoleh pada Thal.

“Bagaimana kalau ke Green Park?”

“Baiklah, lets go.”

            Cal segera menancapkan gas. Dan keluar dari Starlight Start. Sementara Thal menyalakan tape mobil. Lalu memasukan CD Hip-hop yang ada di dasbor mobil.

            Setelah beberapa lama kemudian. Mereka sampai di Green Park hanya butuh waktu setengah jam untuk kesana. Cal memutar kemudi untuk memarkir mobil. Setelah itu, mereka keluar dari mobil dan berjalan di sekitar taman.

“Apakah kau yakin aku tak akan dikenali?” tanya Cal tiba-tiba.

            Thal tertawa.

Of course! Kau sangat berbeda hari ini.” Katanya.

            Cal hanya mendengus, mendengar kata “berbeda” yang ditekankan.

            Mereka berjalan dipinggir  kolam kecil. Cal bisa melihat pantulan dirinya di permukaan kolam. Dia memang berbeda hari ini. Untuk pertama kalinya ia dikerjai oleh gadis yang baru dikenalnya beberapa hari ini.

            Cal melihat gadis disampingnya itu menoleh pada dirinya di pantulan air kolam. Lalu mata mereka bertemu di “cermin” itu. Dan Cal melihat gadis di sampingnya itu tersenyum padanya. Di tengah gelombang-gelombang air yang kecil, Cal bisa melihat itu. Semuanya seperti gerakan slow-motion. Lambat, sampai Cal menyadari bahwa senyum itu senyum yang terindah selain senyum milik ibunya. Ia terbuai. Ada lesung pipit di sana, sampai Cal ingin menyentuh bayangan itu, dan…

BYUURR!!!!

“YA AMPUN!! APA YANG KAU LAKUKAN?!” pekik Thal keras.

            That’s right. Cal tercebur ke kolam yang berisi ikan-ikan itu. Kolam itu memang tidak dalam. Hanya selutut orang dewasa. Tapi seluruh badan Cal masuk ke dalam air, membuat seluruh badan Cal basah kuyup.

“Kau benar-benar gila!” umpat Thal menggeleng-gelengkan kepala. Lalu mengulurkan tangan pada Cal.

            Cal meraih tangan Thal, lalu berdiri. Ia membuka kacamatanya, lalu menyibakan rambutnya ke belakang. Lalu Thal menuntun Cal ke bangku taman di dekat sana. Mereka duduk berdampingan.

“Maaf,” kata Cal sedikit menggigil.

            Thal menggernyit.

“Tidak ada yang perlu di maafkan, tapi ada yang perlu diherankan.” Gumam Thal seraya mengambil saputangan yang ada di saku celananya, lalu menyodorkannya pada Cal.

            Cal memandang sesaat saputangan itu. Lalu ia ambil, dan mengusapnya ke wajah yang basah.

“Aku tahu,” Gumam Cal pelan.

“aku hanya kehilangan konsentrasiku saja.” Elak Cal sambil memakai kacamata super besar itu.

“Kau benar-benar terlihat seperti orang bodoh.” Gumam Thal tiada habis-habisnya.

            Orang-orang berlalu-lalang melewati mereka. Kebanyakan pasangan anak High seumuran Thal. Mereka menertawakan Cal yang basah kuyup dan kotor, dan mungkin melihat saat tragedi tercebur tadi.

“Kenapa setiap bersamamu aku selalu mendapat masalah?” lanjut Thal lagi.

 Sedikit kesal akibat pasangan tadi. Yah, walaupun bukan sedang menertawakannya tapi tetap saja ia malu karena orang yang sedang bersamanya tercebur sangat memalukan. Bayangkan saja kalau mereka tahu bahwa yang tercebur itu adalah Calight. Calight Harrington, bayangkan?! Mungkin mereka sudah mengerumuninya dan berlomba memberikan handuk kering padanya.

“Kau harus ganti baju.” Gumam Thal sambil memandang pada Cal.

£££

“Kenapa ke sini?” tanya Thal ketika mereka sudah berada di padang ilalang di daerah terpencil kota London.

            Cal turun dari mobil, lalu diikuti Thal dibelakangnya.

“Untuk mengeringkan baju.” Jawab Cal santai sambil menyapu ilang-ilalang dengan telapak tangan.

            Thal mengerutkan alis. Berjemur maksudnya?

“Pemandangan disini indah, kau tahu?” lanjut Cal berhenti dari langkahnya dan memutar kepalanya melihat sekeliling. Lalu melepaskan kacamata.

            Thal ikut menghentikan langkahnya. Mata Thal menjelajah. Itu memang benar. Walaupun hanya ada rumput dan ilalang, suasananya begitu damai dari hiruk-pikuk lalu lintas London. Thal merasa ia berada di daerah lain, dan bukan di kota London.         

            Thal memejamkan mata sejenak. Lalu menghirup udara yang ada disana. Rambutnya yang sebahu itu perlahan dimainkan angin. Wajahnya dengan santai menyambut angin yang tenang. Indah dan..damai.

“Ini adalah Surga.” Gumam Cal seraya menghempaskan dirinya ke rumput. Kedua tangannya melipat menyilang dibawah kepalanya.

            Thal tersenyum melihat Cal. Wajah Cal polos, seperti anak kecil. Cal terlihat seperti orang yang menemukan hal yang dicari-cari selama ini. Entahlah, yang pasti itu menurut sudut pandang Thal.

            Cal mendongak pada Thal yang masih berdiri.

“Aku tak tahu bagaimana tempat ini bisa memberikan rasa tenang.” Katanya.

            Thal tertawa ringan. Ia sudah tahu jawabannya.

The Breeze.” Ucap Thal dramatis.

            Cal terlihat seperti berpikir. Tak lama kemudian ia tersenyum. Lalu ia memejamkan mata, menarik napas dan menghembuskannya.

“Kau benar.” Sahut Cal seraya tersenyum.

            Thal kemudian duduk bersila. Lalu memandang Cal sambil tersenyum. Cal menoleh pada Thal. Memandang senyumannya, dan lesung pipit itu. Indah..

“Apa?” tiba-tiba Thal menyahut.

“Kenapa kau memandangku sambil berkata..Apa tadi?.. Indah?”

            Cal tersentak. Ia tak menyangka bahwa kata itu ternyata terucap. Ia terlihat salah tingkah.

“I-Iya, indah. Mm..pemandangan disini maksudku. Ilalang, rumput, angin dan..langit.” gumam Cal sebisanya untuk mengatasi salah tingkahnya.

            Thal hanya mengangguk-angguk. Lalu menyadari ada hal yang di lupakannya. Langit.

Yeah, langit. Aku hampir melupakan itu.” Sahut Thal sambil membaringkan badan di samping Cal. Memandang langit.

            Mereka mulai membicarakan hal tentang langit. Menebak bentuk awan yang ada disana. Basi sekali bukan? “Itu bentuk ubur-ubur!” pekik Thal, sementara Cal “Bukan. Itu Cendawan!”. Tak jarang mereka tertawa bersama ketika tebakan mereka salah.

Terkadang mereka saling ejek atas kebodohan-kebodohan yang mereka lakukan. Mereka membahas tentang pertemuan mereka beberapa hari yang lalu. Cal menjelaskan bahwa ia sedang menyamar tapi penyamarannya itu terlihat bodoh, karena sama sekali tak terlihat seperti sebuah penyamaran. Lalu ia mengalihkan perhatian dan mengaku-ngaku sebagai kakak Thal. Thal yang mendapat sial karena Cal, foodcourt penuh, baju kotor dan banyak lagi.

Hari semakin sore dan mereka terdiam karena sudah banyak bicara.

“Jingga..” kata Thal setengah berbisik, masih mendongak menatap langit. Ia tersenyum.

            Gadis itu tersenyum lagi, batin Cal. Ia membatu lagi. Ia terpaku pada senyuman gadis yang berada disampingnya. Ah, bibirnya.. batin Cal lagi. Ia ingin menyentuh senyuman itu. Ia ingin gadis itu tersenyum padanya lagi. Ia ingin..

“Apa yang akan kau lakukan?!” pekik gadis itu ketika menoleh padanya.

            Ah, sialan! Apa yang kulakukan?!

            Cal berdiri. Cal baru menyadari bahwa wajahnya sangat dekat dengan Thal. Hanya Tiga jari lagi Cal mungkin menyentuh bibir gadis itu.

            Thal segera berdiri. Kaget sekaligus kesal pada lelaki itu. Kenapa posisinya seperti itu? Apa dia mau menciumku?

I’m Sorry, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku..”

Enough,” kata Thal dengan nada yang tegas dan volume suara yang sedikit dinaikkan.

“lupakan saja.” Katanya lagi.

“Kau,” Cal berdeham sejenak.

“kau mau pulang? Ayo kuantar.”

            Thal mengangguk.

            Mereka berjalan menyusuri padang ilalang. Lalu masuk kedalam mobil. Mereka pun melaju dengan kecepatan cepat menuju Queensway, tempat tinggal Thal. Karena Thal ingin pulang. Tapi, Thal merasa aneh dengan arah yang ditempuh sekarang. Ia tahu arah ini berlawanan dengan arah ke Queensway. Tapi ia tetap diam saja karena sedikit canggung karena kejadian tadi.

            Mereka melewati Chancery Lane, lalu St. Paul’s. Alih-alih Thal tahu kemana arah ini. Thames river.  Setelah berbelok ke arah kanan, terpampang sudah pemandangan sungai terbesar di England. Dan tentunya…London Bridge.

            Cal mematikan AC mobil, lalu membuka atap mobilnya. Ia juga menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Kini angin senja menerpa mereka. Mata Thal terpaku pada pemandangan di sebelah kirinya. Ia terpana. Sunset.

            Matahari memang tampak setengahnya, dan warna jingga keemasan menghiasi langit. Melukiskan horizon yang indah. Bukan hanya itu saja, bayangan keindahan itu juga tertampak di permukaan sungai Thames. Sungai agung itu memantulkan warna jingga yang mengilap. Beberapa perahu kecil juga tampak di sana. Angin lembut menyambut. Thal menghirupnya sangat dalam. Suasana sore yang indah…

“Kau senang melihatnya?” Tanya Cal memecah keheningan diantara mereka.

            Thal tersenyum lebar.

“Seleramu bagus untuk memilih tempat seperti ini.”

            Cal menggeleng sambil membalas senyuman.

“Orang sepertiku membutuhkan suasana seperti ini.” Katanya sambil mengangkat bahu.

            Thal mengangguk. Setuju. Cal yang artis sekaligus vokalis terkenal memang tidak punya banyak waktu untuk mendapati waktu seperti ini.

            Hari semakin gelap. Mereka memutuskan untuk segera mengistirahatkan diri. Apalagi Cal yang mengatakan bahwa sebenarnya ada acara talkshow esok hari. Sementara Thal mulai mengomel lagi. Ia bertanya bahwa mengapa sore ini Cal mengajaknya jalan-jalan sementara ada jadwal shooting esoknya. Seperti biasa mereka mulai bercakap-cakap lagi.

            Sesampainya di Queensway, Thal segera turun dari mobil tersebut. Thal berdiri di dekat pagar rumahnya. Memandang Cal.

“Terimakasih untuk hari ini.” Gumam Thal sambil tersenyum.

Never mind.”

            Hening sejenak. Thal sibuk mencari kata-kata lain.

“Ada lagi yang ingin kau katakan?” Tanya Cal tiba-tiba.

            Thal sedikit terhenyak.

“Itu saja.” Katanya singkat.

            Cal mengangguk. Lalu melambaikan tangan. Thal membalas dengan senyuman seraya melambaikan tangan. Lalu ia memandang mobil Cal yang melaju cepat dan menghilang dari pandangan.

            Thal sedikit merasa menyesal karena hanya mengatakan “Terimakasih untuk hari ini.”. Ya ampun.. seharusnya ada kalimat lain yang lebih baik. Kenapa ia harus mengatakan dengan kalimat standar seperti itu? Ia juga tak tahu. Apa seharusnya ia mengatakan “Terimakasih karena kau telah menunjukan hal-hal indah hari ini.” ?? Ah.. Dramatis sekali.

 Mungkin tadi itu kalimat yang aman. Jangan sampai Cal menyangka yang tidak-tidak. Ingat, Thal, dirimu dan Cal hanya baru kenal beberapa hari ini. Bahkan, sebulan pun tidak. Masih banyak yang perlu dipikirkan, selain artis terkenal itu. Yah..walaupun Thal mengakui bahwa perjalanan hari ini cukup mengesankan baginya.

            Aahh…Teringat Sunset lagi.

£££

Dampak Negatif Dari Globalisasi

 

 

  1. a.   Pola hidup konsumtif

Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.

  1. b.  Sikap Individualistik

Masyarakat merasa di mudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah mahkluk sosial.

  1. c.   Gaya Hidup Kebarat-baratan

Tidak semua budaya Barat baik dan cocok di terapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.

  1. d.  Kesenjangan Sosial

Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.

 

Sumber:

 Buku BSE IPS Kelas IX. Halaman 121-122.

 

 

Dampak Negatif Globalisasi berdasarkan Pemikiran Sendiri

 

{   Memungkinkan terjadinya asimilasi atau kebudayaan yang baru menghilangkan kebudayaan nenek moyang Indonesia.

{   Globalisasi juga sedikit demi sedikit dapat merusak moral bangsa dengan adanya situs porno di Jaringan Internet.

{   Maraknya free sex di kalangan remaja.

{   Kurangnya sosialitas dan komunikasi secara langsung karena sudah adanya teknologi seperti messenger.

{   Menurunnya nilai agama.

{   Meningkatnya tingkat kejahatan melalui teknologi Internet.

Contohnya : Penculikan remaja melalui jaringan pertemanan. Adanya Hacker. Penipuan melalui Online-Shop.

{   Merubah bangsa Indonesia menjadi bangsa yang konsumtif.

Contoh : Indonesia menduduki peringkat pertama pengguna ponsel N**** Communication.

Padahal negara Indonesia bukanlah negara maju yang  pendapatan perkapitanya tinggi, tetapi Indonesia mendapatkan peringkat tertinggi dalam penggunaan merek ponsel terkenal itu.

Move On untuk.. IPA v.s IPS

(Keluhan tak berbatas)

                Hari Sabtu 21 April 2012 adalah hari besar. Hari Kartini? Oh iya tentu saja! Tapi, tidak bagiku. Hari itu adalah pembagian rapot UTS di sekolahku.   What a mess, dude??!

Yah, walau bagaimanapun juga hasilnya harus diterima dengan lapang . Toh itu hasil kerja keras selama ini. Tapi, bagaimana jadinya kalau rapotku membentuk dua kutub yang  paling not it? Yang pasti, hati ini melengos dan kita hanya bisa mengelus dada.

Senyum langsungtersungging ketika geografi, ekonomi, dan sosiologi  mendapat nilai di atas 80 sampai 90. Tapi, rasanya melengos sekali ketika melihat nilai fisika, kimia, dan biologi yang standar nilainya 70 atu bahkan sampai 60. It’s really so deep, guys!!

Mungkin kalau dari awal aku berminat jurusan IPS sih sama sekali bukan masalah. Tapi, masalahnya aku ini berniat sekaligus berminat ke jurusan IPA kaan? Lalu, bagaimana jadinya dengan nilai payah seperti itu?!

FYI, untuk saat ini AKU AKAN MOVE ON SAUDARA-SAUDARA SEBANGSA DAN SETANAH AIR SEKALIAN!!

AYO MOVE ON dari kutub IPA yang buruk ke IPA yang lebih cemerlang!! Ganbatte!!(*Apa sih?)

Bukan move on dari masalah cinta atau apa (*itu siih udah.. Eh? Curhat ^^), tapi seorang Shafira Linda Rahmani akan melakukan revolusi gerakan jurusan IPA 21/4 untuk menembus jurusan IPA dan HARUS menguasai pelajaran  yang telah diajarkan oleh Pak Agus(MTK),  Bu Yenni (FIS), Pak Dedi Sugih (KIM), dan Bu Tita (BIO) !!

Science (worse)ð Science(good)

                Diciptakanlah sebuah janji sebagai berikut :

~~DASA DHARMA SHAFIRA~~

  1. Rajin Sholat, berdoa, dan suka mengaji  (*ehehe^^v)
  2. Rajin belajar MAFIKIBI dengan hati yang ikhlas dan terkoneksi (*wess gila ga sih??)
  3. Tidak menunda-nunda pekerjaan rumah yang telah diberi (*amiin..^o^)

Semoga para readers juga bisa termotivasi ya…!!

Thanks for read

MAJALAH DINDING SEBAGAI MEDIA KREATIFITAS * Oleh : Drs. Cece Hidayat **

 

 

Pengertian Majalah Dinding

Majalah dinding atau disingkat mading adalah salah satu media komunikasi massa tulis,yang penyajiannya biasanya dipajang pada media dinding atau sejenisnya.

 

Fungsi Majalah Dinding

Majalah dinding mempunyai fungsi sebagai:

1.    Sarana komunikasi dan penyampai informasi

2.    Media hiburan yang mudah,murah, dan sederhana

3.    Sarana untuk menjalin persaudaraan dan kekeluargaan

4.    Ajang atau wadah untuk pengembangan kreatifitas

5.    Alat berlatih jurnalistik secara sederhana

 

Manfaat Majalah Dinding

Majalah dinding sebagai media informasi dan komunikasi mempunyai banyak manfaat, diantaranya adalah :

1.    Untuk media komunikasi antar warga sekolah

2.    Untuk sarana kreatifitas siswa

3.    Untuk memupuk minat baca di kalangan siswa

4.    Untuk memanfaatkan waktu luang

5.    Untuk melatih kecerdasan berpikir secara intelektual

6.    Untuk melatih berorganisasi

7.    Untuk mengasah dan mempertajam kemampuan menulis

 

Faktor Pendukung Majalah Dinding

Untuk menghasilkan sebuah majalah dinding, diperlukan 3 faktor pendukung yaitu:

1.    Penulis

2.    Ilustrator

3.    Dokumentator

 

Bahasa Majalah Dinding

Bahasa yang digyunakan dalam majalah dinding sedapat mungkin harus diusahakan singkat, padat, jelas, dan komunikatif serta mempunyai daya tarik bagi pembaca.

 

Jenis-jenis Majalah Dinding

Berdasarkan ruang lingkup pengelola dan pembacanya, majalah dinding di sekolah dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:

1.    Majalah Dinding Umum; dibuat untuk seluruh warga sekolah, biasanya dikelola oleh organisasi ekstra kurikuler atau OSIS

2.    Majalah Dinding Khusus; dibuat oleh dan untuk kalangan tertentu, misalnya oleh kelas,Pramuka,ROHIS, PMR,Remaja Mesjid, Klub Membaca,Klub Menulis, Klub Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup, dan lain-lain.

 

Organisasi Pengelola Majalah Dinding

Untuk mengelola sebuah penerbitan majalah dinding, dibutuhkan sebuah tim kerja atau kelompok organisasi. Organisasi pengelola madjalah dinding yang sangat sederhana, paling tidak harus dibangun oleh tim yang terdiri dari:

1.    Pelindung/Penasihat

2.    Penanggung Jawab

3.    Pembina/Pembimbing

4.    Redaksi (Ketua,Sekretaris,Anggota)

5.    Staf Redaksi/Bagian:

  • Bagian Dokumentasi
  • Bagian Penulisan dan editing
  • Bagian Produksi dan tata letak/lay out
  • Bagian Reportase, dll.

 

Jika ruang lingkup majalah dinding itu khusus, maka organisasi  pengelolanya terdiri dari:

1.    Penanggung jawab (Kepala Sekolah/pimpinan tertinggi suatu organisasi)

2.    Pembina (Wali Kelas/atau ketua organisasi)

3.    Pengurus Majalah:

  1. Ketua
  2. Sekretaris
  3. Bendahara
  4. Seksi-seksi :
  • Pengumpul dan Penyeleksi Naskah
  • Pemasang dan Pencopotan Naskah
  • Penyimpan dan Penyalur Naskah

 

Materi Isi Majalah Dinding

Materi untuk majalah dinding sekolah atau kelas isinya dapat berupa:

1.    Pengetahuan Umum, misalnya tentang biografi tokoh terkenal, ensiklopedi,dll.

2.    Masalah-masalah di sekitar kehidupan remaja atau pelajar, misalnya masalah kenakalan remaja,masalah narkoba, masalah pacaran, masalah pergaulan bebas, dan lain-lain.

3.    Masalah-masalah yanga berhubungan dengan dunia pendidikan di sekolah berupa komentar, ulasan, usulan, kritik dan saran, karikatur dan lain-lain.

4.    Berita peristiwa, kegiatan atau permasalahn actual yang sedang terjadi di lingkungan sekolah, misalnya kergiatan ekskul, kegiatan PORSENI, kegiatan kesenian, perpisahan,dan lain-lain.

5.    Hiburan , misalnya cerpen, puisi, humor, anekdot, gambar lucu/kartun, komik,dll.

 

Rubrikasi Majalah Dinding

Sama halnya dengan majalah atau surat kabar, pada majalah dindingpun biasanya dimuat beberapa rubrik yang terdiri dari rubrik kategori informasi, kategori opini, dan kategori hiburan. Nama-nama rubrik disesuaikan dengan isinya, dapat diberi label sesuai selera dan keinginan redaksi.

 

Rubrik Informasi, berisi:

1.    Pengantar Redaksi

2.    Berita

3.    Laporan/reportase/liputan

4.    Resensi (buku,kaset, film, CD/VCD,games..dll)

5.    Feature/tulisan khas

6.    Kronik kegiatan

7.    Profil Tokoh

8.    Ensiklopedi/sebaiknya Anda Tahu…dll.

 

Rubrik Opini, berisi:

1.    Tajuk Rencana

2.    Pojok

3.    Karikatur

4.    Artikel

5.    Surat Pembaca

6.    Silang Pendapat/Pro dan Kontra

7.    Esey/kolom…dll.

 

Rubrik Hiburan, berisi:

1.    Cerita Pendek

2.    Puisi

3.    Humor

4.    Musik

5.    Anekdot

6.    Kartun/karikatur

7.    Vignet/kaligrafi/grafiti/gambar

8.    Kata mutiara…..dan lain-lain

 

Penerbitan Majalah Dinding

Ada beberapa tahap kegiatan yang harus dilakukan sebelum majalah dinding terbit menjadi sebuah bacaan informative. Tahap-tahapnya hampir sama dengan proses pada pembuatan majalah yang dicetak, yaitu tahap perencanaan, tahap pengumpulan bahan, tahap penyiapan bahan, tahap produksi, dan tahap publikasi.

 

Kegiatan masing-masing tahapan bisa dirinci sebagai berikut:

1.    Perencanaan ; isi,tata letak/lay out, desain grafis/tata warna, waktu terbit, personil pelaksana dan tugasnya, biaya, dan penyediaan alat/bahan.

2.    Pengumpulan Bahan, berupa tulisan, gambar, liputan, wawancara, dari buku,dll.

3.    Penyiapan Bahan, berupa kegiatan membaca naskah yang masuk dari penulis, mengedit naskah, pengetikan atau penulisan ulang hasil edit, memberi ilustrasi pada naskah,.

4.    Produksi; menata letak kertas dan tulisan, mengatur tata warna, mendisain huruf dan gambar, menulis naskah untuk diterbitkan, menempelkan tulisan dan gambar pada bidang media, pemasangan pada media baca/dinding.

 

Alat dan Bahan Yang Dibutuhkan

Sebelum memproduksi karya-karya tulis dan gambar yang akan dipajang pada majalah dinding, tentunya diperlukan alat-alat dan bahan-bahan untuk media tulis, media tempel, dan media pandang. Bahan-bahan yang dibutuhkan diantaranya:

1.    Macam-macam alat tulis dan gambar, misalnya pinsil warna, pinsil hitam, ballpoint dan spidol aneka warna, crayon, pastel, cat air, pylox, dll.

2.    Kertas aneka warna dan ukuran, misalnya kertas lipat, kertas spotlight, kertas memo, kertas daur ulang, kertas craft, kertas HVS, kertas kopi, kertas gambar dan lain-lain.

3.    Karton manila , duplex, atau kardus

4.    Gunting aneka ukuran dan variasi

5.    Alat pemotong, misalnya pisau kater

6.    Mistar penggaris dari plastik dan logam

7.    Lem kertas atau lem putih

8.    Paku payung atau stapler

9.    Aneka variasi dari bahan daur ulang

10. Dan lain-lain sesuai kebutuhan dan kreatifitas.

(Makalah disampaikan pada Pelatihan Jurnalistik di SMP Negeri 13 Bandung,2001 dan 2010)

** Penulis, guru SMP Negeri 13 Bandung dan Pembimbing Ekskul Jurnalistik 13

TIPS MEMBUAT PROPOSAL

Membuat proposal untuk sponsorship berbeda dengan proposal pada umumnya. Pada proposal biasa, kita menuliskan banyak hal dalam proposal tersebut. Disusun dengan rangkaian kata yang indah, dan menghasilkan proposal yang sangat tebal. Ini sangat bertentangan dengan kebutuhan pihak perusahaan yang lebih memilih proposal yang tipis dan to the point. Oleh karena itu isi dari proposal bisa dibatasi menjadi beberapa hal dengan tampilan isi yang disesuaikan.

1. Pendahulan
          Berisikan pendahuluan untuk mencitrakan bahwa proposal berasal dari sebuah komunitas musik. Lalu dilanjutkan dengan latar belakang kegiatan dan alasan yang mendasari mengapa kegiatan berlangsung. Serta sedikit profil lembaga Anda. Pada bagian ini maksimal terdiri dari 3 paragraf.

2. Tujuan
        Berisikan tujuan mengapa sebuah kegiatan diadakan. Maksimal 1 paragraf.

3. General Information
        Berisikan informasi umum yang perlu diketahui oleh pihak perusahaan terkait kegiatan yang diajukan. Terdiri dari tempat dan waktu kegiatan, sasaran kegiatan dan target peserta kegiatan.

4. Acara
        Berisikan acara-acara yang akan ada dalam kegiatan yang diajukan. Sebagai contoh untuk kegiatan Music Clinic.

 

 

 

Contoh Proposal Yang Baik

Pengemasan

          Dan yang terakhir ini adalah yang paling dasar agar proposal anda terlihat menarik. istilahnya dari mata turun ke hati. manfaatkan dengan baik kemampuan anda dalam mengemas proposal agar tampak rapi dan menarik dari luar. Dalam mengemas proposal perlu direncanakan dengan baik agar menghasilkan yang terbaik pula. Butuh modal yang cukup besar untuk mengemas proposal ini, tapi yakinlah ini akan pula berdampak pada tingkat keberhasilan pemanfaatan proposal. Ada dua tips yang bisa anda lakukan dalam mengemas proposal sponsorship, yakni eye catching dan mudah dibaca. Eye catching yang dimaksud adalah unik, kreatif, dan membuat seseorang tertarik untuk membaca dan memilih proposal Anda diantara tumpukan proposal yang diajukan. Mudah dibaca adalah, komposisi tulisan dan warna membuat seseorang mudah membaca dan nyaman untuk mengamati dan memahami isi proposal Anda. Komposisikan tulisan dan warna sedemikan rupa, tambahkan gambar atau variasi tertentu yang menambah estetika proposal. Di bawah ini adalah contoh yang unik dan variatif yang mungkin bisa menambah ide anda.

1. Dikemas dalam kertas glossy dan tidak lebih dari 8 halaman. Proposal dibuat sedikit lebar agar ukurannya tidak seperti kertas pada umumnya. Warna dibuat dengan biru cerah yang menarik perhatian.

2. Dikemas dalam sebuah CD yang di programkan dengan software macromedia flashTM. Ini menimbulkan kesan high-tech dan ramah lingkungan karena tidak menggunakan kertas. Dengan CD anda bisa mengemas isi tampilan lebih advance karena akan ditampilkan di komputer, isi proposal juga bisa lebih banyak. Tambahkan profil lembaga untuk meyakinkan pihak perusahaan.

3. Gulungan kain seperti pengumuman kerajaan masa lalu atau jurus rahasia kungfu. Sebuah gulungan kain yang diikat dengan pita yang sangat cantik. Isi proposal hanya pada sebuah kain atau kertas daur ulang yang sepanjang 40 – 50 cm saja. ini sangat membuat seseorang tertarik karena tampilan yang tidak biasa, yakni seperti tabung lonjong. Sangat jauh berbeda dari proposal yang pada umumnya.

4. Proposal berisikan kertas yang tidak dibukukan, beberapa lembar kertas dimasukkan dalam sebuah kotak yang sangat estetis, kertas hanya berukuran A5 dan untuk membacanya seperti bermain kartu, dimana kita akan membacanya dengan mengambil kertas satu persatu.

5. Proposal sederhana dengan bentuk bulat, kertas dipotong sehingga menjadi lingkaran, dan dikemas dengan baik. Halaman depan dibuat pop up sehingga mnejadi daya tarik tersendiri bagi proposal tersebut.

Seputar Kegiatan LPK Pendidikan Kebudayaan Bela Negara (PKBN)


Hari Senin tanggal 16 April 2012, diselenggarakan kegiatan LPK PKBN di Taman Pramuka yang diikuti oleh perwakilan anggota ekskul dan pengurus OSIS SMA/SMK Negeri di Kota Bandung. Dan kegiatan ini diselenggarakan juga atas kerja sama panitia FOKUS. Kegiatan ini diadakan sebagai tujuan mempersiapkan peserta yang masih kelas X, untuk menjadi among-among pada Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS)di tahun yang mendatang.

Kegiatan ini bukan sebagai latihan dasar lagi, tetapi sebagai latihan lanjutan dari LKS sebelumnya. Setelah para peserta berkumpul di lapangan, persiapan apel pagi pun dimulai. Dan dilanjutkan oleh acara senam pagi yang kita sebut sebagai Senam PARAHYANGAN. Hal yang menarik pada saat dilakukan senam pagi ini yaitu pada saat senam pendinginan yang bertujuan untuk membangkitkan gelombang elektromagnetik dalam tubuh kita lalu kita edarkan lagi ke seluruh tubuh. Belum lagi para peserta yang sangat bersemangat mengikuti gerakan-gerakan lincah sang instruktur pun menambah asyik suasana kegiatan LPK PKBN ini.

Saat para Ketua OSIS diberikan materi dia aula oleh narasumber, para peserta kelas X dilatih Peraturan Baris Berbaris oleh senior instruktur yang ada di sana. Peserta lebih dimantapkan lagi dalam posisi sikap sempurna, istirahat di tempat, periksa kerapihan, dan latihan sikap diam sekalipun.

Tidak lupa juga peserta diberikan waktu istirahat dan langsung bergegas untuk shalat Dzuhur di masjid terdekat tak jauh dari sana. Semuanya berjalan dengan tertib dan membentuk dua banjar setiap sekolahnya.

Dan hal yang ditunggu-tunggu adalah saat jam makan siang. Setiap satuan membentuk sebuah lingkaran dan mengikuti santap siang gengan tertib walaupun ada berbagai kendala yang membuat semuanya ditegur oleh senior instruktur. Setelah acara santap siang, kegiatan pun dilanjutkan dengan diskusi setiap satuan sekolah. Dan melakukan debat antara yang PRO juga dengan yang KONTRA mengenai suatu topik tertentu. Para peserta pun ikut berpartisipasi dengan baik walaupun pasti ada beberapa orang yang pasif.

Acara yang terakhir yaitu apel, dan masing-masing satuan sekolah dibubarkan sambil meneriakkan dengan lantang “SISWA!!”